BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan semula berasal dan bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan bimbingan. Dalam
bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.[1]
Pengertian pendidikan yang tertera dalan ketentuan
umum pasal 1 ayat 1: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.[2]
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat
dominan dalam kehidupan. Pendidikan itu mutlaq bagi kehidupan individu, sosial
bangsa dan Negara, maju mundurnya suatu bangsa amat bergantung kepada
pendidikan yang mereka lakukan.
Dalam kehidupan manusia, pendidikan memegang peranan
yang sangat strategis, karena dengan melalui pendidikan dapat dilakukan
bimbingan dan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap mental
anak
didik, oleh karena itu pendidikan harus dilakukan dengan cara yang baik,
benar, terpadu, dan terprogram sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
didik.
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.[3]
Berdasarkan fungsi pendidikan Nasional diatas, peran
guru menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan misi pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan
dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan kelas.
Salah satu permasalahan yang harus dihadapi oleh
seorang guru junior maupun guru senior dalam melakukan proses pembelajaran adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
ketika proses belajar mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini misalnya adalah,
penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas siswa atau penetapan
norma kelompok yang produktif efektif.[4]
Banyak ahli pendidikan yang mengartikan tentang
pengelolaan kelas, diantaranya adalah:
- Syaiful Bahri Djamarah (2006 :175) mengatakan bahwa pengelolaan kelas terdiri dan dun kata yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dan pengelolaan adalah manajemen yang memiliki arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Sehingga dan kata tersebut bisa diartikan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam mengatur dan mengelola kelas untuk menciptakan dan memelihara kegiatan belajar mengajar.
- Thoifuri (2008 :127) mengartikan pengelolaan kelas sebagai kemampuan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam bentuk merencanakan, melaksanakan dan memperbaiki kelas untuk menjadi lingkungan yang interaktif, efektif dan efesien.
- Pupuh Faturohmau (2003 :103) mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai dengan masalah yang ada dan karakteristik kelas yang di hadapi.[5]
Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dan
berharga dalam setiap usaha manusia, sebab melalui kreativitas akan dapat
ditemukan dan dihasilkan berbagai teori, pendekatan, dan cara barn yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih
merupakan suatu yang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama. Menurut
Juan Huarte kreativitas merupakan jenis kecendekiawan tertinggi pada umat
manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Karena itu meneliti tentang
kreativitas berarti meneliti tentang potensi tertinggi umat manusia.
Pengembangan kreativitas pada penelitian ini
dilaksanakan dalam konteks praktik pendidikan di sekolah. Hal ini merupakan
salah satu jawaban terhadap kenyataan yang ada bahwa pendidikan di Indonesia saat ini
lebih berorientasi pada hasil yang bersifat pengulangan, penghafalan, dan
pencarian satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses
pemikiran tingkat tinggi termasuk berfikir kreatif jarang sekali dilatihkan.
Demikian juga dengan kemampuan menulis siswa. kemampuan kreatif sering muncul
pada anak-anak, tapi seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan tersebut
menjadi berkurang dan salah satu faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya
kreativitas adalah praktik pendidikan yang kurang mengapresiasi terhadap
kemampuan kreatif anak.
Selanjutnya Ugur menjelaskan bahwa pembelajaran di
kelas mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan kreativitas,
karena itu peranan guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan dan
mengembangkan kreativitas siswanya. Stemberg menyebutkan bahwa kebanyakan guru
pada dasarnya adalah kreatif tapi hanya sedikit diantara mereka yang mampu
mengekspresikan kreativitasnya di dalam kelas. Lebih lanjut lagi, peran guru
yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas siswanya yaitu berperan
sebagai figur di kelas yang perilakunya akan ditiru oleh siswanya dan berperan
sebagai pencipta suasana kelas yang nyaman dan kondusif.[6]
Untuk menumbuhkan kreativitas siswa perlu diberi
kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif, pendidik hendaknya dapat
merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif dengan
membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Salah satu upaya guru Agama yang dapat menumbuhkan
kreativitas belajar siswa pada tujuan utama pendidikan yaitu dengan menggunakan
metode Probling Question siswa menjadi lebih kreatif dalam berfikir dan
mendapatkan informasi dan jawaban yang lengkap dan jelas.
“Metode
mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang .dipergunakan
oleh seorang guru atau dalam pengertian lain ialah teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, balk secara individual maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode
mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan”[7]
Di SDN Karang Anyar I Pandeglang, berdasarkan
observasi awal guru kurang menggunakan metode yang menarik ketika melakukan
proses belajar mengajar didalam kelas sehingga siswa kurang aktif dan berfikir
kreatif. Guru pun tidak dapat mengetahui pemahaman anak didik terhadap bahan
pelajaran yang diberikan, sehingga tidak dapat mencapai tujuan pendidikan
dengan baik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka
penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Upaya meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar siswa pada konsep akhlak terpuji dengan menerapkan teknik
pembiasaan di Kelas I SDN Karang Anyar I Pandeglang.
B. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan masalah tidak meluas dan terfokus pada
permasalahan inti, maka penulis perlu membuat suatu batasan masalah yang tegas.
Adapun batasan-batasan masalah tersebut adalah :
1.
Membahas mengenai kreativitas dalam belajar pada mata
pelajaran PAI
2.
Membahas Teknik Pembiasaan
C. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1.
Bagaimana upaya guru Agama dalam menumbuhkan
kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ?
2.
Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan Teknik
Pembiasaan
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru Agama dalam
menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2.
Untuk menerapkan Teknik Pembiasaan yang dapat
menumbuhkan kreativitas belajar dan hasil belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait, diantaranya.
1.
Bagi guru
Sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka
penyempurnaan proses belajar mengajar, karena guru merupakan kunci keberhasilan
dalam mengembangkan misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah dengan
bertanggung jawab untuk mengatur dan mengarahkan proses pembelajaran sehingga
tercipta suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan
kelas.
2.
Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan dalam mengambil metode yang
tepat dalam rangka menumbuhkan kreativitas dalam proses belajar mengajar guna
meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu
pendidikan.
3.
Bagi Penulis
Sebagai bahan penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai
tambahan informasi mengenai upaya guru Agama dalam menumbuhkan kreativitas
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
[1]
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Diadit Media, 2010), p. 1
[2]
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta : 2006), p. 8
[3]
Ibid, p.8
[4]
http://asepbunyamin05,wordpress.com/2010/06/02/pengelolaan-kelas/
[5]
Anis Fauzi dan Rifyal Ahmad Lugowi, Pembelajaran Mikro, (Jakarta : Diadit
Media, 2009), p.25-26
[6]
Rahmat Aziz, Psikologi Pendidikan, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), p.2-4
[7]
Abu Ahmadi dan Toko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar